LANJUTAN BAGIAN KETIGA: HABIB ALI AL-SAKRAN ORANG YANG PERTAMA MENYEBUT NAMA UBAIDILLAH
HABIB ALI AL-SAKRAN ORANG YANG PERTAMA MENYEBUT NAMA UBAIDILLAH SEBAGAI ANAK AHMAD
Menurut Habib Ali al-Sakran (w. 895
H.) leluhur mereka (Para Habib Ba Alawi) ditulis secara berkesinambungan
sebagai Ubaid bin Ahmad bin Isa. Lalu ia berijtihad (berasumsi) bahwa Ubaid ini
adalah sama dengan Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, seperti
yang disebut dalam kitab Al-Suluk
karya al-jundi (w. 730. H).
Habib Ali al-Sakran menulis
sebuah kitab yang diberi nama AlBurqatul
Musyiqoh (selanjutnya disebut al-Burqah). Dalam kitab itu, untuk pertama
kali nama Ubaidillah disebut sebagai Anak Ahmad bin Isa dengan argument bahwa
Ubaidillah ini adalah nama lain Abdullah yang disebut oleh Al-Jundi (w. 730
H.).
Kitab-kitab selanjutnya yang
menyebut Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib,
kemungkinan besar, menukil dari Habib Ali al-Sakran tersebut. Diantara kitab-kitab
itu seperti: ،alDlau‟
al-Lami‟ karya al-Sakhowi (w. 902 H.), kitab Qiladat al-Dahr fi Wafayat A‟yan al-Dahr karya Abu Muhammad
al-Thayyib Ba Makhramah (w. 947 H.), kitab Tsabat[1]
Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H.), kitab Tuhfat al-Tholib karya Sayid Muhammad bin al-Husain as-Samarqondi
(w. 996 H), kitab al-Raudl Al-Jaliy
karya Murtadlo alZabidi (w. 1205 H) dll.
Hujjah Habib Ali al-Sakran (w. 895 H. ) Bahwa
Ubaid adalah
nama Lain Abdullah
Leluhur Habib Ali Al-Sakran, yang
dikenal pada zamannya bernama Ubaid, tanpa idlofah kepada “Allah”. Hal ini diakui oleh Habib Ali al-Sakran dalam kitabnya
tersebut dengan ibaroh:
وىكذا ىو ىنا عبيد ات١عروف عند اىل حضرموت
وات١سطر في كتبهم واتٕ١تداول في سلسلة
نسبهم ونسبتهم انو عبيد بن اتٛد بن عيسى.ٕٛ٘
“Dan demikianlah, ia disini (bernama) Ubaid yang dikenal penduduk
Hadramaut, dan ditulis dalam kitab-kitab mereka dan berkesinambungan dalam
sislsilah nasab mereka. Dan penisbatan mereka adalah: Ubaid bin Ahmad bin Isa.”
(alBurqoh al-Mutsiqoh: 150)
Perhatikan, bahwa yang tertulis
berkesinambungan bagi penduduk Hadramaut nama leluhurnya adalah Ubaid bin Ahmad
bin Isa. Untuk menyimpulkan bahwa leluhurnya yang bernama Ubaid, tanpa pakai
mudlaf ilaih “Allah”, itu adalah
Abdullah, Habib Ali alSakran menyebutkan:
وقد فهمت ت٦ا تقدم اولا منقولا من تًريخ اتٞندي
وتلخيص العواجي وسبق بو الكلام في ترتٚة الامام ابي اتٟسن عَليّ بن تُ٤مَّد ابن أ
تْٛد جدِيد انو عبد الله بن اتٛد بن عيسى حيث قال: مِنْ هُم ابو اتْٟسن عَليّ بن
تُ٤مَّد ابن أتْٛد بن حَدِيد بن عَليّ بن تُ٤َمَّد بن حَدِيد بن عبد الله بن أتْٛد
بن عِيسَى بن تُ٤مَّد بن عَليّ
286البرقة المثٌقة: 360
ابن جَعْفَر الصَّادِق بن تُ٤مَّد الباقر بن
عَليّ بن زين العابدين بن اتْٟسَتُْ بن عَليّ ابن ابي طالب كرم الله وجهو وَيعرف
بالشريف ابي اتْٟدِيد عِنْد أىل اليمن اصلو من حَضرمَوْت من اشراف ىُنَالك
يعْرفُونَ بَالٕ ابي علوي بَيت صَلَاح وَعبادَة على طرِيق التصوف انتهى.ٕٛٙ
“Dan aku memahami dari keterangan yang telah lewat, untuk pertama kali,
berdasar apa yang terdapat dari Tarikh al-Jundi (kitab al-Suluk) dan kitab
Talkhis al-Awaji, dan telah disebutkan pembicaraan tentangnya, dalam
menerangkan biografi sosok al-Imam Abu al Hasan, Ali bin Muhammad bin Ahmad
Jadid, bahwa Ubaid itu adalah Abdullah bin Ahmad bin Isa. (yaitu) ketika ia
(al-Jundi) berkata: sebagian dari mereka adalah Abu al-Hasan, Ali, bin Muhammad
bin Jadid (Hadid, dua riwayat manuskrip) bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin
Muhammad bin Ali bin Ja‟far al-Shadiq bin Muhammad alBaqir bin Ali bin
Zainal Abdidin bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib karramallahu wajhah, dan
dikenal dengan nama Syarif Abul Jadid menurut penduduk Yaman, asalnya dari
Hadramaut dari para syarif di sana yang dikenal dengan Al Abi Alwi, yang
merupakan rumah kesalihan dan ibadah dalam tarikat tasawwuf”.
Perhatikan kalimat “waqad fahimtu mimma taqoddama” (dan
aku memahami dari yang telah lewat itu), dilanjut kalimat “annahu Abdullah bin Ahmad bin Isa” (bahwa Ubaid bin Ahmad bin Isa
itu adalah (orang yang sama dengan) Abdullah bin Ahmad bin Isa berdasar kutipan
kitab sejarah karya al-Jundi ….
Dari situ diketahui, bahwa yang dicatat sebelum itu hanya
Ubaid bin
Ahmad bin Isa, lalu ketika Habib Ali al-Sakran membaca
kitab al-
286البرقة المثٌقة: 360-363
Jundi maka ia memahami (menyimpulkan) bahwa Ubaid ini
adalah Abdullah.
Lalu kenapa Abdullah menjadi Ubaid lalu
Ubaidillah? Habib Ali al-Sakran berargumen bahwa Abdullah bin Ahmad seorang
yang tawadlu, ia merasa tidak pantas bernama Abdullah (hamba Allah), maka ia
menyebut dirinya (Ubaid) hamba kecil, tanpa lafadz ―Allah‖. Perhatikan ibarah
di bawah ini! و الذي يظهر عندي ان الشيخ الامام عبد الله بن
أتْٛد بن عِيسَى ... ب
ن تُ٤مَّد بن عَليّ ابن جَعْفَر كان من عظيم تواضعو ويستحسن
تصغتَ اتٝو وت٤و رتٝو تٖقتَا ت٢ا وتصغ تَا ت١ا ينسب اليها
وإفناء للدعوى ومقتضيات ات٢وى تْسب التسمية لو بعبيد.ٕٛٚ
“Dan sesuatu yang dzahir bagiku, bahwa sesungguhnya Syekh Imam Abdullah
bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja‟far, karena tawadu‟nya… ia menganggap
baikdi tasgirnya (dikecilkan secara lafadz) namanya dan dihapusnya tanda
(keagungannya), karena menganggap hina dirinya dan mengaggap kecil susuatu yang
dinisbahkan kepadanya (nasab atau lainnya) dan melebur pengakuan dan kebiasaan
nafsu, dengan mencukupkan nama baginya Ubaid.”
dari keterangan di atas
disimpulkan, bahwa di kalangan keluarga Ba Alawi sendiri, nasab yang masyhur
hanyalah ―Ubaid bin Ahmad bin Isa‖, lalu ketika Habib Ali al-Sakran melihat
kitab alSuluk, yang menyebut nama Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad
al-Naqib, ia berkesimpulan bahwa nama itu adalah nama lain dari Ubaid bin Ahmad
bin Isa.
ABDULLAH
BUKAN UBAIDILLAH DALAM KITAB AL-SULUK
Para pembela nasab para habib Ba Alawi
di Indonesia mengatakan bahwa Ubaidillah sudah dicatat pada abad delapan. Yang
287البرقة المثٌٌقة: 363
demikian itu, katanya, terdapat di kitab al-Suluk
karya al-Jundi (w.730 H.), yaitu ketika ia menyebut nama Abdullah sebagai anak
Ahmad. Abdullah ini, menurut para habib, mempunyai anak tiga: Jadid, Alwi dan
Bashri. Alwi dan Bashri dari ibu yang sama, sedangkan Jadid ibunya berbeda.
Jadi wajar yang disebut hanya keluarga Jadid, karena ibu mereka berbeda,
kira-kira demikian hujjah mereka. Jadi, walaupun yang disebut hanya keluarga
Jadid sebagai keturunan Abdullah bin Ahmad, maka keluarga Alwi pun terbawa
karena mereka saudara. Apakah benar Abdullah yang disebut al-Jundi itu sosok
yang sama dengan Ubaidillah leluhur para habaib?
Menurut penulis, jika seandainya-pun
benar, bahwa Ubaidillah adalah sosok yang sama dengan Abdullah, tetap saja
masih terputus riwayat selama 385 tahun dihitung berdasar wafatnya Ahmad bin
Isa tahun 345 H sampai wafatnya al-Jundi pengarang kitab al-Suluk yang wafat
tahun 730 H.
Apalagi, yang penulis temukan justru
menunjukan bahwa Abdullah ini sama sekali bukan Ubaidillah. Ia orang yang
berbeda.
Sebelum penulis lanjutkan, mari kita
lihat ibaroh yang ada pada kitab al-Suluk
karya al-Jundi yang menyebut nama Abdullah bin Ahmad bin Isa. Ada beberapa
ibaroh di halaman berbeda yang menyebut tentang Abdullah dan Banu Alawi: Ibaroh
pertama:
مِنْ هُم ابو اتْٟ سن عَليّ بن تُ٤َمَّد ابن
أتْٛد بن حَدِيد بن عَليّ بن تُ٤َمَّد بن حَدِيد بن عبد الله بن أتْٛد بن عِيسَى
بن تُ٤َمَّد بن عَليّ ابن جَعْفَر الصَّادِق بن تُ٤مَّد الباقر بن عَليّ بن زين
العابدين بن اتْٟسَتُْ بن عَليّ ابن ابي طالب كرم الله وجهو وَيعرف بالشريف ابي
اتْٟدِيد عِنْد أىل اليمن اصلو من حَضرمَوْت من اشراف ىُنالك يعْرفُٕونَ بَال ابي
علوي بيت صَلَاح وَعبادَة على طريق التصوف.ٕٛٛ
“Sebagian dari mereka adalah Abu al-Hasan, Ali, bin Muhammad bin Jadid
(Hadid, dua riwayat manuskrip) bin
Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja‟far al-Shadiq
bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainal Abdidin ( seharusnya tidak ada bin,
karena Zainal Abdin adalah laqob Ali) bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib
karramallahu wajhah, dan dikenal dengan nama Syarif Abul Jadid menurut penduduk
Yaman, asalnya dari Hadramaut dari para syarif di sana yang dikenal dengan Al
Abi Alwi, yang merupakan rumah kesalihan dan ibadah dalam tarikat tasawwuf”.
Perhatikan! Ketika al-Jundi menyebutkan
nama-nama ulama yang datang ke Taiz, ia menyebut nama Abul Hasan Ali. Siapa Abul
Hasan Ali? Disebut oleh al-Jundi, bahwa ia dikenal dengan al-Syarif Abil Jadid
bagi penduduk Yaman, asalnya dari Hadramaut berasal dari para syarif di sana.
Mereka dikenal dengan keluarga Abu Alwi, keluarga kesalihan dan ibadah yang
berjalan dalam tarikat tasawwuf.
Al-Jundi, dalam kitabnya tersebut,
menyebut silsilah Abul Hasan Ali sebagai berikut:
1. Ali
bin Abi Talib k.w.
2. Husain
3. Ali
Zainal Abidin
4. Muhammad
al-Baqir
5. Ja‘far
al-Shadiq
6. Ali
al-Uraidi
7. Muhammad
al-Naqib
8. Isa
al-Rumi
9. Ahmad
10. Abdullah
288السلوك، المكتبة الشاملة: 2/326-327
11. Jadid
12. Muhammad
13. Ali
14. Hadid
15. Ahmad
16. Muhammad
17. Abul
Hasan Ali (617 H)
Abu Hasan Ali ini dikenal dengan nama Syarif Jadid yang
berasal dari Hadramaut.
Lalu perhatikan nasab para habib Ba Alawi sampai generasi
ke 17 di bawah ini!
1. Ali
bin Abi Talib k.w.
2. Husain
3. Ali
Zainal Abidin
4. Muhammad
al-Baqir
5. Ja‘far
al-Shadiq
6. Ali
al-Uraidi
7. Muhammad
al-Naqib
8. Isa
al-Rumi
9. Ahmad
10. Ubaidillah
11. Alwi
12. Muhammad
13. Ali
14. Alwi
15. Ali
khali qosam
16. Muhammad
Sohib mirbat (w.550 H)
17. Ali
Waldul Faqih (w.590 H.)
18. Muhammad
Faqih al-Muqoddam (653 w. H)
Perhatikan! Abul Hasan Ali, hidup segenerasi dengan
Muhammad Sohib Mirbat, Ali Walidul faqih, dan Faqih
alMuqoddam. Kenapa ketika menyebut bahwa Abul Hasan berasal dari syarif-syarif
di Hadramaut, al-Jundi tidak menyebut nama Muhammad Sohib Mirbat atau Faqih
al-Muqoddam? Padahal, al-Jundi wafat tahun 730 H., seharusnya al-Jundi mengenal
Muhammad Sohib Mirbat atau
Faqih al-Muqoddam, karena disebut dalam literasi
para habib, semisal Syamsu Dzahirah
(h.72), bahwa Muhammad Sohib Mirbat adalah ulama besar dan ―syaikhul masyayikh
al ajilla‘ al- a‘lam‖, gurunya para guru yang agung dan menjadi tokoh, juga
disebut dalam kitab yang sama ia sebagai ―Imam al-a‘immah‖, imamnya para imam.
Faqih al-Muqodam, menurut Solih bin Ali al-Hamid Ba Alawi dalam kitabnya, Tarikh Hadramaut (h.709), adalah ulama
besar yang sampai tingkatan mujtahid mutlak.
Seharusnya, dengan sebesar
penyebutan itu, al-Jundi mengenal keduanya, karena al-Jundi tinggal Aden,
Yaman. Yang demikian itu misalnya, al-Jundi menyebutkan: “Syarif Abul Hasan ini berasal dari Hadramaut dari para syarif di sana
yang dikenal dengan Al Abi Alwi satu keluarga dengan Sohib Mirbat dan Muhammad
al-Faqih alMuqodam”. Tetapi al-Jundi tidak menyebutkan demikian. Ia hanya
menyebut Abul Hasan Ali.
Para Habib, semisal Hanif Alatas dalam
buku sanggahannya terhadap buku penulis, menyatakan bahwa al-Jundi menyebut
Faqih al-Muqoddam, Ali Khali Qosam, putra solih Muhammad bin ali bin alwi, dan
sayyid Abdullah bin Alwi. Benarkah klaim itu? Mari kita uji! Sebelumnya, mari
kit baca ibaroh kitab al-jundi berikut ini!
ومِنْ هُم أَبو مَرَْوان لقبا واتْٝو عَليّ بن
أتْٛد بن سَالم بن تُ٤َمَّد بن عَليّ كَانَ فقِيها ختَا كَبتَا عَنوُ انْ تشَر
العلم تْضرموت انتشارا موسعا لصلاح كَانَ وبركة في تدريسو وكَانَ صَاحب مصنفات
عديدة وَىُوَ أول من تصوف من بيت أبَا علوي اذ ىم أنما يعْرفونَ بالفقو وَت١ا بلغ
الفَقِيو ذَلك وَإن ىَذَا تصوف ىجره. وَت٦نْ تفقو بِأبي مَرْوَان أَبو زكََريََّ
خرج مقدشوه فنشٜرٕ العلم بها وبنواحيها نشرا موسعا وَلم أتٖقق لأحد مِنْ هُم
تًَريخا ..ٕٜٛ
“Sebagian dari mereka (tokoh Hadramaut) adalah Abu Marwan, sebagai
laqob, adapun namanya adalah Ali bin Ahmad bin Salim bin Muhammad bin Ali. Ia
seorang ahli fikih yang terbaik yang besar, darinya meyebar luas ilmu di
Hadramaut., Karena kesalihannya dan keberkahan pengajarannya. Ia mempunyai
karangan yang banyak. Ia adalah awal orang yang bertasawuf dari keluarga Aba
Alwi. Mereka (sebelumnya) dikenal dengan fikih. Dan ketika sampai kepadanya
tentang itu dan sesungguhnya ini telah bertasawuf lalu ia menjauhinya. Dan
sebagian yang telah belajar fikih kepada Abu Marwan adalah Abu Zakaria, ia
keluar ke Maqdisyu lalu menyebarkan ilmu di sana dan di peloksoknya dengan
penyebaran yang luas dan aku tidak mengetahui seorangpun sejarah mereka.”
Dari ibaroh ini, kita menemukan secara
dzahir, bahwa Abu Marwan seabagai keluarga Ba Alawi, dan ia merupakan orang
pertama yang menjalani tarikat tasawuf. Dan nama Abu Marwan ini tidak lazim
dipakai keluarga Habib Ba Alawi. Tapi menurut para habib, disini ada kalimat
yang hilang, yaitu setelah kalimat
“musonnafat
adidat” terdapat kalimat “Wabihi
tafaqqaha Muhammad bin Ali Ba Alwi” lalu baru dilanjutkan kalimat “wahua awwalu…” jadi yang benar menurut
Hanif, “belajar kepadanya (Abu Marwan),
(orang yang bernama) Muhammad bin Ali Ba Alwi (Faqih Muqoddam)…”. Hal itu,
menurut Hanif, disyahidi oleh kitab Husen bin Abdurrahman al-Ahdal yang bernama
Tuhfatuzzaman fi Tarikhi Sadat al Yaman.
Setelah penulis mencari kitab ini, memang ada seperti yang disebut Hanif, ada
tambahan Muhammad bin Ali. Kekurangannya, kitab ini di tahqia oleh Abdullah
Muhammad alHabsyi dari keluarga Ba Alawi sendiri. Bukan penulis meragukan
289السلوك، الشاملة: 2/962
pentahqiq tanpa alasan, tetapi beberapa pengalaman
pentahqiqan yang dilakukan kalangan internal Ba Alawi, mulai dari kitab Abna‟ al-Imam dan al-Raud al-jaliy, selalu ada masalah. Taruhlah itu betul, bahwa ada
nama Muhammad bin Ali Ba Alwi, tetapi apakah betul itu alFaqih al-Muqoddam?
Kita lanjutkan ibaroh al-Jundi berikut!
وَمن بيت أبي علوي قد تقدم تَ٢ُم بعض ذكر مَعَ
ذكر أبي جَدِيد مَعَ واردي تعز وىم بيت صَلَاح طريق وَنسب فيهم تٚاعَة مِنْ هُم
حسن بن تُ٤َمَّد بن عَليّ باعلوي كَانَ فقِيها يحفظ الوجِيزٕ للغزالي غيبا وََكانَ
لوُ عَم اتْٝو عبد الرتْٛن بن عَليّ بن باعلوي. ٕٜٓ
"dan sebagian dari keluarga Abi Alwi, telah terlebih dahulu disebutkan
sebagian mereka, ketika menyebutkan Abi Jadid beserta orang-orang yang datang
ke Taiz, mereka adalah keluarga kesalihan, tarekatnya dan nasabnya, diantara
mereka adalah Hasanbin Muhammad bin Ali Ba Alawi, ia seorang ahli fikih, ia
menghafal kitab al-Wajiz karya Imam gazali, ia punya
paman namanya Abdurrahman bin Ali Ba Alawi.”
Dari ibaroh ini ada nama yang
disebut al-Jundi merupakan keluarga Ba Alawi, yaitu Hasan bin Muhammad bin Ali
Ba Alawi. Nama Muhammad bin Ali Ba Alwi yang disebut kembali, ia mempunyai anak
bernama Hasan. Pertanyaannya, kalau Muhammad bin Ali Ba Alwi itu al-Faqih
al-Muqoddam, seperti interpretasi Hanif, apakah al-Faqih al-muqoddam mempunyai
anak bernama Hasan?
Mari kita lihat kitab nasab Ba Alawi Syamsu al-Dzahirah,
apakah alFaqih al-Muqoddam mempunyai anak bernama Hasan?
Perhatikan ibaroh di bawah ini!
290السلوك، الشاملة: 2/962
ولو )اي الفقيو ات١قدم( من الولدٖ تٜسة بنتُ:
علوي وأتٛد وعلي وعبد الله إت١توفي بتًنً سنة ٖٙٙ وعبد الرتٛن ات١توفي بتُ اتٟرمتُ...ٕٜٔ
“ia (al-Faqih al Muqoddam) mempunyai anak laki-laki lima: Alawi, Ahmad,
Ali, Abdullah yang wafat di Tarim tahun 663 H, dan Abdurrahman yang wafat
antara Makkah- Madinah.” (Syamsu al-Dzahirah: 78)
Jelas di sini disebutkan bahwa al-Faqih
al-Muqoddam tidak punya anak bernama Hasan. Jadi jelas pula bahwa Muhammad bin
Ali yang disebut al-Jundi itu bukan al-Faqih al-Muqoddam.
Penguat kedua
bahwa Muhammad bin Ali yang disebut al-Jundi itu bukan al-Faqih al-Muqoddam
adalah kalimat “Ia (Hasan bin Muhammad)
mempunyai paman bernama Abdurrahman bin Ali …” pertanyaanya, apakah Ali
ayah al Faqih al-Muqoddam mempunyai anak bernama Abdurrahman? Mari kita lihat
kitab Syamsu al-dzahirah dengan ibaroh di bawah ini! لو ابن
وٜاحٕد ىو الشيخ الامام محمد الشهتَ بالفقيو ات١قدم رضي الله ...عنو
“ia (Syekh Ali bin Muhammad sohib Mirbath) mempunyai anak satu, yaitu
syekh Imam Muhammad yang masyhur dengan (nama) al-Faqih al-Muqoddam…” (Syamsu
al-dzahirah: 77)
Dikatakan dalam kitab Syamsu al-Dzahirah, bahwa Ali (ayah al-Faqih
al-Muqoddam) hanya mempunyai anak satu, berarti Hasan yang disebut al-Jundi
mempunyai paman bernama Abdurrahman jelas bukan anak al-Faqih al-Muqoddam dan
bukan keluarga Habib Ba Alwi.
293شمس الظهٌٌرة: 78
292شمس الظهٌٌرة: 77
وَمِنْ هُم عَليّ بن باعلوي كَانَ كثتَ العبادَة
عَظِيم القدر لَا يكَاد يفتً عَن الصَّلَاة ثمَّ مَتى تشهد قالَ السَّلَام عَليك
ايها النبِي ويكرر ذَلك فقيل لوُ فَ قَالَ لَا ازال افْ عَل حَتَّى يرد النبي صلى
الله عَليوِ وَسلم فكَانَ كثتَا مَا يكَرر ذَلك ولعلي ولد اتْٝو تُ٤مَّد ابن
صَلَاح وَلو ابن عَم اتْٝو عَليّ بن باعلوي بعض تفاصيل ابا علوي اتْٛد بن تُ٤مَّد
كَانَ فقِيها فاضلا توفّي سنة تَ قْريباٖ
وَعبد الله بن علوي بَاقٍ الى الْْن حسن التَّ عَبد وسلوكٗ التٚصوف.
“dan sebagian dari mereka adalah Ali bin Ba Alwi, ia banyak ibadahnya,
agung pangkatnya, ia selalu solat, dan ketika membaca tasyahhud, ketika ia
membaca „assalamualaika ayyuhannabiyyu‟, ia mengulang-ulangnya, maka ditanyakan
kepadanya (kenapa ia mengulang-ulang kalimat tersebut?), (ia menjawab): „aku
melakukannya sampai Nabi s.a.w. menjawabnya‟, maka banyak sekali ia
mengulang-ulang itu. Dan Ali mempunyai anak namanya Muhammad Ibnu Solah, ia
punya paman namanya Ali bin Ba Alwi, sebagian rincian keluarga Aba Alwi adalah
Ahmad bin Muhammad, ia seorang ahli fikih yang utama, ia wafat kira-kira tahun
724 H; dan Abdullah bin Ba Alwi, ia masih hidup sampai sekarang, ia bagus
ibadahnya dan menjalani tasawuf”.
Benarkah nama-nama ini seperti yang
disebutkan Hanif, merupakan keluarga habib Ba Alwi. Mari kita lihat satu
persatu.
Pertama, Ali bin Ba Alwi, sangat
banyak keluarga Habib Ba Alwi yang bernama Ali, sementara bin Ba Alwi tidak
menunjukan ayah, tetapi menunjukan kabilah. Jadi sulit untuk menelusuri siapa
dia. Tetapi Hanif, menyatakan bahwa maksudnya itu adalah Ali Khali Qosam, dan
penyebutan bin Ba Alwi itu maksudnya adalah bin Alwi tanpa Ba. Lagi-lagi, Hanif
bersyahid kitab Tarikh al-Ahdal yang di tahqiq Ba Alawi sendiri. Tapi mari kita
coba telusuri dengan kalimat-
292السلوك، الشاملة: 2/962
kalimat berikutnya. Disitu dikatakan bahwa, Ali bin Ba Alwi
ini punya anak paman bernama Ali juga. Berarti jika dia adalah Ali Khali qosam,
maka kita telusuri apakah ayah Ali Khali qosam ini punya adik yang mempunyai
anak bernama Ali, sehingga Ali inilah yang disebut anak paman Ali Kali Qosam.
Mari kita lihat kitab Syamsu alDzahirah!
لو من الولد ابن اتٝو محمد ولمحمد ىذا ابن اتٝو
علويٜٕ ولعلوي ىذا ابنان: سالم لا عقب لو وعلي ات١عروف تٓالع قسم.ٕٜٗ
“Baginya (Alwi bin Ubaidillah) anak laki-laki bernama Muhammad, dabagi
Muhammad ini anak laki-laki bernama Alawi. Alawi ini mempunyai dua putra: salim
tidak punya keturunan dan Ali yang dikenal dengan Khali‟ Qosam”. (Syamsu
al-Dzahirah: 70)
Jelas, nama Ali bin Ba Alwi itu bukan
Ali Khali Qosam, karena Ali Khali qosam tidak punya paman, bagaimana ia punya
anak paman
(sepupu) jika ia tidak punya paman. Jadi klaim hanif bahwa
keluarga Habin Ba Alwi disebut ditarikh al-Jundi itu terbantahkan. Begitu pula
klaim Habib Ali al-Sakran dalam kitabnya al-Burqoh al-Musyiqoh, yang menyatakan
bahwa leluhurnya Ubaid bin Ahmad itu adalah sama dengan Abdullah bin Ahmad
dengan berhujjah dari apa yang disebut oleh al-Jundi itu menjadi terbantahkan
pula. Maka dari sini, nasab Habib Ba Alawi sangat sulit untuk bisa disambungkan
dengan nasab Nabi Muhammad s.a.w. karena dalil mereka adalah hanya asumsi
kemiripan nama antara Ubaid bin ahmad dan Abdullah bin Ahmad.
Lalu siapa Abu Alwi yang dimaksud itu?
Abu Alwi yang dimaksud itu hanyalah keturunan Jadid bin Abdullah.
299شمس الظهٌرة: 70
Abad Sepuluh Nama Ubaidillah dan keturunannya Mulai Matang Walau Belum
Disebut Ubaidillah
Dalam kitab Tuhfatutholib Bima’rifati man Yantasibu Ila
Abdillah wa Abi Tholib, karya Sayid Muhammad bin al-Husain asSamarqondi
(w. 996) disebutkan seperti berikut:
واما اتٛد بن عيسى بن محمد بن العريضي فقال ابن
عنبة ابو محمد اتٟسن الدلال بن محمد بن علي بن محمد بن اتٛد بن عيسى الر ومي من
ولده وسكت عن غتَه. قلت رايت في بعض التعاليق ما صورتو قال المحققون بهذا الفن من
اىل اليمن وحضرموت كالامام ابن تٝرة والامام اتٞندي والامام الفتوحي صاحب كتاب
التلخيص والامام حستُ بن عبد الرتٛن الاىدل والامام ابي اتٟب البرعي والامام فضل
بن محمد البرعي والامام محمد بن ابي بكر بن عباد الشامي والشيخ فضل الله بن عبد
الله الشجري والامام عبد الرتٛن بن حسان: خرج السيد الشريف بن عيسى ومعو ولده عبد
الله في تٚع من الاولاد والقرابات والاصحاب وات٠دم من البصرة والعراق الى حضرموت
واستقر مسكن ذريتو واستطال فيهم بتًنً تْضرموت بعد التنقل في البلدان والتغرب عن
الاوطان حكمة ات١لك ات١نان. فأولد عبد الله علويَ وعلوي اولد محمدا ومحمد اولد
علويَ وعلوي اولد عليا خالع قسم وعلي خالع قسم اولد محمد صاحب مرباط واولد محمد
صاحب مرباط علويَ وعليا فاما علوي فلو اربعة اولاد اتٛد ولو عقب وعبد الله ولا عقب
لو وعبد ات١الك وعقبو في ات٢ند وعبدٜ الرتٛن ولو عقب. واما علي فلو الفقيو ات١قدم
محمد ولو عقب كثتَ٘ .
296تحفة الطالب بمعرفة من ٌنتسب الى عبدالله وابً
طالب، السٌٌد محمد بن الحسٌن السمرقندي المدنً، ص .76-77
“Adapaun Ahmad bin Isa bin Muhammad bin (Ali) al Uraidi maka Ibnu Anbah
berkata: Abu Muhammad al-Hasan al-Dallal bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin
Ahmad bin Isa arRumi adalah dari keturunan Ahmad bin Isa, ia (Ibnu Anbah) diam
tentang selain Abu Muhammad. Aku berkata (penulis kitab Tuhafatutolib): Aku
melihat dalam sebagian ta‟liq (catatan pinggir sebuah kitab ditulis oleh santri
dipinggir kitab ketika mendengar keterangan guru) tulisan yang bunyinya “Telah
berkata al-muhaqqiqun dari cabang ilmu ini (nasab) dari ahli Yaman dan
Hadramaut, seperti Imam Ibnu Samrah, al-Imam al-
Jundi,
al-Imam al-Futuhi yang mempunyai kitab at-Talkhis, alImam Husain bin
Abdurrahman al-Ahdal, al-Imam Abil Hubbi al-Bur‟I, al-Imam Fadhol bin Muhammad
al-Bur‟I, al-Imam Muhammad bin Abi Bakar bin Ibad as-syami, Syekh Fadlullah bin
Abdullah as-Syajari, dan al-Imam Abdurrahman bin Hisan bahwa Sayid Syarif Ahmad
bin Isa pergi bersama anaknya, Abdullah, dalam rombongan para anak, kerabat,
teman-teman, para pembantu dari Bashrah dan Iraq menuju Hadramaut setelah
berpindah dari berbagai daerah dan bersembunyi dari berbagai Negara, sebagai
hikmah Tuhan raja yang maha memberikan anugrah. Maka kemudian Abdullah
mempunyai anak bernama Alwi, dan Alwi mempunyai anak bernama Muhammad, Muhammad
mempunyai anak Alwi (lagi), Alwi mempunyai anak Ali Khali‟ Qosam, Ali Kholi‟
Qosam mempunyai anak bernama Muhammad Shohib Mirbath, dan Muhammad Shohib
Mirbath mempunyai anak bernama Alwi dan Ali. Maka adapun Alwi maka mempunyai
empat anak: Ahmad dan ia berketurunan, Abdullah ia tidak berketurunan, Abdul
Malik keturunannya di India, dan Abdurrahman dan ia berketurunan. Dan adapun
Ali maka ia mempunyai anak alFaqih al-Muqoddam Muhammad dan ia mempunyai banyak
keturunan. (Tuhfatuttolib, Sayid Muhammad bin al-Husain, h.
76-77)
Untuk menyebutkan keturunan Ahmad
bin Isa, pertama penulis kitab Tuhfatuttolib
mengutip pendapat Ibnu Inabah dalam kitab Umdatuttolib,
dalam kitab umdah itu ditulis bahwa
Ahmad bin Isa mempunyai keturunan dari anaknya yang bernama Muhammad. Penulis tuhfatuttolib memberi tambahan “wa sakata an gairihi” artinya “Dan Ibnu Inabah diam dari keturunan
lainnya”.
Dari kalimat itu penulis Tuhfah ingin mengatakan, bahwa selain
Muhammad, ada nama lain yang tidak disebutkan oleh Ibnu Inabah karena ia tidak
tegas menyebutkan berapa jumlah anak Ahmad bin Isa.
Lalu ia berkata “bahwa
aku menemukan sebuah ta‟liq” yaitu catatan santri pada sebuah kitab ketika
mengaji dihadapan guru, dalam ta‟liq
itu terdapat susunan garis keturunan Ba alawi yang menyebut Ahmad punya anak
Abdullah, lalu tanpa di kroscek kitab sebelumnya ta‟liq itu dimasukan dalam kitabnya. Dari situlah mulai mashurnya
marga Ba Alawi sebagai keturunan Ahmad bin Isa.
Penulis menduga bahwa penulis Tuhfah, menukil dari apa yang ditulis
Habib Ali al-Sakran, dan ia belum membaca atau tidak mempunyai kitab as-Syajarah al-Mubarakah yang ditulis
Ar-razi abad ke enam yang menyebutkan bahwa anak Ahmad bin Isa hanya tiga:
Muhammad, Ali dan Husain. Apabila ia mempunyai kitab itu maka mungkin ia tidak
akan memasukan ta‟liq itu ke dalam
kitabnya, karena akan terasa ganjil apabila sebuah catatan sepotong kertas
kemudian berbeda dengan kitab-kitab nasab yang telah ditulis 390 tahun
sebelumnya.
ABDULLAH
RESMI MENJADI UBAIDILLAH PADA ABAD 14 H
Dalam kitab Syamsudz
Dzahirah karya Syekh Abdurrahman alMashur (w. 1320 H), disebutkan dengan
tegas bahwa Abdullah bergelar Ubaidillah. Kutipan lengkapnya sebagai berikut:
ذكر اولاد السيد الشهتَ اتٛد بن عيسى بن محمد بن
علي العريضي بن جعفر الصادق رضي الله عنه لو من الولد اثنان: محمد وعبدالله ويسمى
عبيد الله وكنيتو ابو علوي )شمس الظهتَة: ٘ٔ(
“ini adalah fasal menerangkan anak-anak Seorang sayyid yang mashur,
yaitu Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja‟far as-Shadiq r.a. ia
(Ahmad) mempunyai dua anak yaitu Muhammad dan Abdullah, dan Abdullah ini
dinamai pula Ubaidillah dan kunyahnya adalah Abu Alwi. (Syamsudz Dzahirah: 51)
Dengan tegas syekh Abdurrahman
al-Masyhur menyebutkan nama Abdullah adalah alias dari Ubaidillah. Ada
perbedaan antara kitab syamsudz Dzahirah dan kitab abad kelima yang menyebutkan
anak Ahmad berjumlah tiga yaitu Muhammad, Ali dan Husain. Kitab Syamsudzahirah
menyebutkan anak Ahmad bin Isa ada dua orang yaitu Muhammad dan Abdullah. Ia
menghilangkan nama Ali dan Husain dan memasukan nama Abdullah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya nama Abdullah ini mulai disebut oleh Syekh al-Jundi
(w.730 H.) lalu diinterpretasi oleh Habib Ali al-Sakran bahwa ia sama dengan
Ubaid. Sebelumnya tidak ada nama Abdullah disebutkan oleh para penulis kitab
nasab sebagai anak Ahmad bin Isa, tidak disebutkan dikitab abad kelima, keenam
dan ketuju. Sedangkan nama Ubaidillah pertama kali disebuat oleh Habib Ali
al-Sakran (w. 895 H.)
Dalam an-Nafhah disebutkan Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Abdullah
dan Abdullah mempunyai anak bernama Abul jaded yang nanti akan menurunkan Abu
Alwi pada generasi 8 yang merupakan Bani Abi Alwi. Sedangkan kitab Tuhfatuttalib menyebutkan Abdullah
langsung mempunyai anak Alwi yang kelak menjadi datuk Bani Alawi. Kitab
Syamsudz Dzahirah berusaha mengkompromikan keduanya dengan menyebutkan bahwa
Abdullah mempunyai anak Alwi dan bergelar Abu Alwi dan Abul Jadid dan
menambahkan nama ketiga yaitu Bashri. Jadi anaknya tiga. Dari mana tambahan
itu? wallahu a‟lam.
Dari sini kita menyimpulkan
betapa rumitnya pensibatan para Ba Alawi sebagai sebagai keturunan Ahmad bin
Isa. Selain Ubaidillah yang tidak tercatat sebagai anak Ahmad bin Isa selama
550 tahun, ketika tiba-tiba muncul nama itu pun dengan kelemahan yang
menyertainya. Kelemahan itu disebabkan beberapa hal, yang pertama munculnya
nama Abdullah pada akhir abad 8 tanpa menyebutkan referensi, sepertinya ia
muncul dari ruang hampa. Yang kedua ketika muncul dalam kitab al-Burqoh di abad sembilan, penulisnya
mengatakan ia menginterpretasi nama Abdullah sebagai Ubaid. Ketiga ketika kitab
Syamsudz Dzahirah menyimpulkan bahwa
Abdullah adalah Ubaidillah, tidak menyebutkan Abdullah yang mana, apakah
Abdullah yang mempunyai anak Abul Jadid seperti dalam an-Nafhah, atau Abdullah yang mempunyai anak Alwi seperti dalam Tuhfatuttolib. An- Nafhah tidak menyebut nama Alwi sebagai anak Abdullah, Tuhfatuttolib tidak mnyebut nama Abul
Jadid sebagai anak Abdullah. Lalu disatukan dalam Syamsudz Dzahirah bahwa keduanya anak Abdullah.
Penyatuan Alwi dan Abul jadid
sebagai anak Abdullah menyisakan masalah karena an-Nafhah menyebutkan Bani Abi alawi itu dari jalur Abul jadid.
Sedangkan hari ini kita dikenal Ba Alawi dari jalur Alwi, yang nama Alwi bin
Abdullah tidak disebutkan dalam kitab an-Nafhah
sebagai anak Abdullah.

Posting Komentar untuk "LANJUTAN BAGIAN KETIGA: HABIB ALI AL-SAKRAN ORANG YANG PERTAMA MENYEBUT NAMA UBAIDILLAH"
Terima kasih kunjungannya, silahkan beri komentar ...